Ayam
Pelung. Sebagian orang mungkin masih belum begitu kenal dengan ayam asli
nusantara ini, kecuali masyarakat
Cianjur dan Sukabumi karena ayam pelung berasal dari daerah tersebut. menurut
para pakar pelung, keberadaan ayam pelung sudah dikenal lebih dari satu abad.
Ayam pelung ini banyak dikenal oleh masyarakat sekitar kabupaten Cianjur dan
Sukabumi.
Sejarah ayam pelung dimulai pada tahun 1850. Konon awalnya Ayam pelung Berasal dari salah
satu kampung di Kecamatan Warung kondang yang terletak di kaki Gunung Gede.
Pada tahun 1850, di Desa Bunikasih
Kecamatan Warungkondang Cianjur ada seorang Kyai dan Petani bernama H.
Djarkasih atau Mama Acih . Kyai
Djarkasih pada suatu malam bermimpi bertemu dengan Eyang Suryakancana.
Raden
Haji Suryakencana . yang nama lengkap beliau Raden Suryakencana Winata
Mangkubumi merupakan seorang putra Pangeran Aria Wiratanudatar (pendiri kota
Cianjur) yang beristrikan seorang putri jin. Menurut babad Cianjur, Pangeran
Surya Kencana dinikahkan oleh ayahnya dengan salah satu putri dari bangsa jin
dan hingga kini bersemayam di Gunung Gede.
Dalam
mimpinya Kyai Djarkasih diperintahkan
untuk pergi ke suatu tempat mengambil seekor ayam, ketika pergi ke ladang untuk
bercocok tanam, beliau melihat seekor anak ayam yang berbulu jarang. Teringat
pada mimpinya beliau membawanya pulang ayam tersebut. Setelah ayam itu besar,
ternyata berbeda dengan ayam kampung pada umumnya, yaitu bersuara sangat
panjang dan besar serta berirama merdu. Kemudian Kyai
Djarkasih menyebutnya dengan sebutan Ayam Pelung dan oleh beliau dikembangkan, dikawinkan dengan ayam betina
biasa.
Bagi
masyarakat Cianjur kokokan Ayam Pelung digunakan sebagai pertanda bahwa waktu
untuk shalat subuh sudah tiba. Ada juga sebagian penduduk yang mempercayai
bahwa memelihara Ayam Pelung dapat mendatangkan rezeki, ketentraman, dan kebahagiaan
hidup, tentu jika Ayam Pelung tersebut dirawat dengan baik.Maka dari itu Ayam Pelung menjadi ciri khas daerah Cianjur yang dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu hewan unggul asli Indonesia. Ayam Pelung memiliki tiga sifat genetik, yaitu suara berkokok yang panjang mengalun, pertumbuhannya cepat dan postur badannya yang besar. Secara fisik, ayam pelung ini memang terkesan besar, beratnya saja bisa mencapai 5-6 kg untuk ayam jantan dewasa dan tingginya antara 40 sampai 50 centimeter.
Dengan kelebihan itulah ayam pelung sering dijadikan arena kontes untuk dinilai, baik dari bentuk, warna dan suaranya. Pada mulanya kontes ini diselenggarakan antar teman yang sama-sama penggemar ayam pelung. Dahulu ajang ini disebut kongkur (conqour) dan sampai sekarang sebutan tersebut masih sering dipakai.
Kongkur biasanya diadakan antara bulan April sampai Juni dan diadakan di lapangan yang luas dan rimbun dari pepohonan serta tidak berisik. Biasanya setiap penyelenggaraan kongkur selalu ramai disaksikan oleh penduduk setempat. Kriterian penilaian mulai dari kesehatan, bentuk, umur, dan suara. Secara fisik ayam pelung tidak terlalu beda dengan ayam kampung biasa, yang menjadi ciri khas dan keunikan ayam pelung ini adalah suara berkokoknya. Bila ayam ini dirawat dan dilatih dengan baik, maka akan menghasilkan suara berkokoknya yang begitu merdu didengar. Ada yang berkokok dengan suara yang panjang, ada yang berirama dan ada juga yang bersuara unik di tengah kukurannya, contohnya “ela-elu-ela” “oooooook”
Kelebihan inilah yang menjadikan ayam pelung dikenal banyak orang, bahkan sampai keluar negeri. Untuk itulah, guna melestarikan dan mengangkat nama ayam pelung ini serta untuk memberikan daya tarik daerah, setiap tahun diadakan kontes ayam pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam pelung terbaik yang menjadi juara kontes harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Sekarang Ayam Pelung ini semakin terkenal dan cukup diminati oleh masyarakat umum, wisatawan nusantara dan mancanegara. Seorang Putra Kaisar Jepang pernah berkunjung ke Warungkondang untuk melihat peternakan Ayam Pelung tersebut. Bahkan di Cianjur setiap tahun diselenggarakan kontes Ayam Pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam Pelung terbaik yang menjadi juara kontes bisa mencapai harga jutaan rupiah.
Nama
ayam pelung berasal dari bahasa sunda Mawelung atau Melung
yang artinya melengkung, karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung
juga karena ayam pelung memiliki leher yang panjang dalam mengahiri suara /
kokokannya dengan posisi melengkung.
Ayam
pelung merupakan salah satu jenis ayam lokal indonesia yang mempunyai
karakteristik khas, yang secara umum ciri ciri ayam pelung dapat digambarkan
sebagai berikut :
- Badan: Besar dan kokoh (jauh lebih berat / besar dibanding ayam lokal biasa)
- Cakar: Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih
- Pial: Besar, bulat dan memerah
- Jengger: Besar, tebal dan tegak, sebagian miring dan miring, berwarna merah dan berbentuk tunggal
- Warna bulu: Tidak memiliki pola khas, tapi umumnya campuran merah dan hitam ; kuning dan putih ; dan atau campuran warna hijau mengkilat
- Suara: Berkokok berirama, lebih merdu dan lebih panjang dibanding ayam jenis lainnya.
Budidaya
Ayam Pelung
Budidaya
yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan ayam pelung yang unggul dan baik
terus dilakukan secara teliti dan tepat, yang mencakup antara lain : Pemilihan
Induk, Pemilihan Pejantan, Teknik pemeliharaan dan kesehatan (sanitasi kandang
& vaksinasi berkala). Dengan perkembangan teknologi belakangan ini, kita
semua sependapat bahwa ayam pelung harus dikembangkan dan dibudidayakan secara
maksimal untuk kepentingan kesejahteraan manusia, tetapi dari sisi melestarikan
dan mengembangkan ayam pelung dengan tidak harus merusak atau memusnahkan ras
pelung yang sudah ada dan terbukti memiliki berbagai keunggulan.
Kontes
Dan Bursa Ayam Pelung
Seperti
halnya burung perkutut atau burung kicauan lainnya, ayam jago pelung juga
dikonteskan yang menitik beratkan kepada alunan suaranya, dan sekarang ini
hampir semua aspek sudah mendapat penilaian dalam suatu kontes : kontes suara
khusus untuk jago ayam pelung, kontes penampilan, bobot badan dan juga untuk
Pelung betina yang meliputi lomba lokal, nasional maupun internasional yang
telah diagendakan secara terorganisir pada setiap tahunnya.
Pada
kontes Ayam Pelung tersebut selain diadakan lomba tarik suara dan lainnya juga
merupakan arena bursa penjualan dari anak ayam sampai ayam dewasa, dari usia 0 s/d
1 bulan (jodoan), usia 3 bulan (sangkal), usia 6 s/d 7 bulan (jajangkar),
sampai kepada ayam pelung yang sudah jadi (siap kontes). Dengan demikian
lomba/kontes ayam pelung sekaligus merupakan bursa penjualan, promosi dan
sosialisasi khusus ayam pelung. Melalui bursa semacam ini para pembeli, penjual
dan penggemar merasa puas karena pada umumnya mendapatkan bibit-bibit maupun
induk yang berkualitas dan tambahan pengetahuan tentang segala hal mengenai
ayam pelung yang cukup memuaskan dari sesama peternak dan penggemar.